MILAN, KAMIS - Bagi sebagian besar pesepak bola, umur menjadi faktor paling menentukan dalam bermain. Namun, tak demikian dengan Javier Zanetti. Saat usianya lebih dari 34 tahun, striker Argentina itu masih menjadi andalan klubnya Inter Milan, terutama di saat-saat genting.
Ketika Nerazzurri ditahan imbang oleh tamunya AS Roma, Kamis (28/2), Zanetti lagi-lagi membuktikan bahwa dia layak dipilih pelatih Roberto Mancini untuk menjadi starter. Golnya di menit ke-83 membalas kekalahan Inter di babak pertama, sekaligus menyelamatkan timnya yang bermain dengan sepuluh pemain.
Pujian pun datang atas pemain tersebut, termasuk dari pelatih Roma Luciano Spalletti. "Sebelum pertandingan, kami tahu pertarungan akan menjadi krusial untuk tidak memberikan Inter peluang yang saya pikir sudah kami capai. Tak diragukan lagi, upaya Zanetti memang bagus untuk menghasilkan tendangan itu," kata Spalletti.
Pupi, panggilan Zanetti, bergabung ke Inter dan mengawali debutnya pada usia 22 tahun. Sejak itu, Pupi sering dipercaya sebagai starter bahkan ketika Inter berganti pelatih sekalipun--Zanetti mengalami 14 kali ganti pelatih. Sebagai pemain senior di Giuseppe Meazza, ia pun dihormati pemain-pemain lain, termasuk di luar Inter.
Pantas jika kemudian ia ditunjuk sebagai Il Capitano menggantikan Giuseppe Bergomi. Ia sabar dan tenang sehingga mampu membawa timnya keluar dari tekanan berat. Saking sabarnya, ia kerap dikritik karena terlalu pelan berbicara saat memberi wejangan kepada kawan-kawannya di lapangan. Pupi juga terkenal santun di lapangan. Hingga Februari 2008, ia hanya sekali dikartumerahkan wasit. Itu saat pertandingan melawan Parma pada Coppa Italia 1999.
Pemain yang mengidolakan gelandang Jerman Lothar Matthaeaus itu membuktikan bahwa dirinya layak diandalkan selama 13 tahun bergabung dengan Il Biscione. Pupi tangguh sebagai bek kanan. Tenaganya bak kuda hitam yang tak pernah mengenal lelah.
Dari 23 kali penampilannya musim ini, hanya dua kali ia turun sebagai pemain pengganti. Ia pun sudah bermain selama 1.936 menit, yang berarti hanya kehilangan 134 menit (6 persen) selama membela Inter. Secara keseluruhan, ia sudah tampil lebih dari 570 kali bagi Inter dan menjadikannya pemain dengan jumlah pertandingan terbanyak di Milan setelah Giuseppe Bergomi (758) dan Giacinto Facchetti (634).
Sejak Mancini merekrut Maicon Douglas, posisi Zanetti bergeser ke depan menjadi gelandang kanan. Hal ini membuka peluang baginya untuk menciptakan gol lebih banyak. Kaki dan kepala Zanetti memang kerap menyumbang gol penentuan bagi Inter. Di Piala UEFA 1997/98, ia turut mencetak gol kemenangan saat Inter menundukkan Lazio 3-0.
Sayang, bersama Inter, Zanetti belum pernah mencicipi gelar bergengsi di luar Italia selain Piala UEFA 1997/98. Ia belum pernah mencicipi gelar Liga Champions. Kini peluang itu datang lagi setelah Inter lolos ke babak 16 besar. Hanya saja, ia dan rekan satu timnya harus bisa mengungguli Liverpool lebih dari dua gol untuk lolos ke babak berikutnya. Sebuah tantangan yang tak mudah dibuktikan Inter, meski bertanding di kandangnya sendiri, Rabu (5/2) depan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar