Negara merupakan salah satu organisasi besar yang mempunyai tujuan tertentu, di antaranya adalah menjadikan rakyatnya sejahtera. Demikian pula dengan bentuk organisasi lain, baik formal maupun informal, semuanya mempunyai tujuan-tujuan yang disepakati bersama oleh semua anggota organisasi. Tujuan-tujuan tersebut berbeda antara organisasi yang satu dengan yang lainnya. Sebuah organisasi formal adalah organisasi yang mempunyai struktur dan fungsi organisasi serta aturan-aturan yang jelas bagi anggotanya yang semuanya terdokumentasi dengan baik (tertulis). Contoh organisasi formal adalah perusahaan, organisasi massa, partai, dan sebagainya. Organisasi informal adalah organisasi yang tidak mempunyai struktur dan aturan formal tertulis, namun anggotanya telah menyepakati aturan-aturan organisasi, yang biasanya berupa norma-norma atau etika tak tertulis lainnya. Contoh organisai informal adalah keluarga dan masyarakat pada umumnya. Dalam masyarakat sebenarnya ada pemimpin formal, misalnya kepala desa, ketua RT, dan sebagainya. Namun, biasanya masyarakat juga mempunyai pemimpin yang dituakan atau dihormati bersama secara informal oleh anggota masyarakat, misalnya kiai, atau tokoh masyarakat lainnya.
Fokus bahasan dalam tulisan ini adalah organisasi formal, yang mempunyai struktur dan aturan organisasi secara formal (tertulis). Tidak dapat dipungkiri, aturan-aturan dalam organisasi yang ditetapkan oleh pemimpin bersama-sama anggota organisasi akan mempengaruhi sikap para anggota secara keseluruhan. Dalam kasus yang banyak terjadi di Indonesia, dengan belum berjalannya sistem dalam sebuah organisasi secara baik, pengaruh pemimpin ternyata masih begitu besar dalam menentukan arah berjalannya organisasi. Pemimpin masih diberi kewenangan yang lebih besar, hampir-hampir tanpa kontrol dari dewan pengawas misalnya, atau dewan perwakilan rakyat (contohnya adalah kepemimpinan dalam sebuah negara). Kalaupun ada pengawasan, masih kecil dampaknya terhadap perubahan kepemimpinan yang dijalankan.
Penulis sangat tertarik untuk mengulas pengaruh kepemimpinan di sebuah perusahaan, sebuah hotel BUMN di Surabaya. Salah satu alasan penulis adalah kinerja manajemen hotel yang selama ini dipantau dan dinilai secara ketat oleh dewan perusahaan dan penilaiannya benar-benar dapat terukur dengan adanya laporan keuangan yang dikeluarkannya tiap setahun sekali. Perusahaan pada umumnya mempunyai semacam komisaris yang akan memberikan pertimbangan atas kinerja perusahaan tiap tahun sekali. Lebih-lebih jika perusahaan itu sebuah perusahaan go public, perusahaan akan mengadakan rapat umum pemegang saham (RUPS) yang akan dijadikan ajang penilaian secara transparan atas prestasi perusahaan dalam tahun yang bersangkutan. Proses ini agak berbeda dengan bentuk organisasi formal lainnya, yang belum mempunyai sistem penilaian kinerja organisasi yang terukur secara jelas.
Sebelum menyimak lebih jauh ada baiknya penulis memberikan batasan atas istilah yang akan sering digunakan dalam topik ini. Pemimpin adalah sebuah istilah untuk seorang individu yang memimpin sebuah organisasi, baik formal maupun informal. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai upaya seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, secara umum dapat diartikan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang melakukan kepemimpinan dengan baik.
Dalam sebuah perusahaan, kepemimpinan akan berpengaruh pula pada kinerja para karyawannya. Selain sistem organisasi yang telah terbentuk, kepemimpinan memegang peranan penting, antara lain dalam pengambilan keputusan. Beberapa hal yang juga dipengaruhi oleh peran kepemimpinan adalah semangat kerja karyawan. Semangat kerja karyawan ini antara lain tercermin dalam kerja sama antarkaryawan, tingkat absensi yang rendah, kepuasan kerja di perusahaan, dan tingginya disiplin di kalangan karyawan.
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saptanto (1997 ; 75) pada perusahaan tertentu, ditunjukkan bahwa semangat kerja yang tercermin dalam perilaku sehari-hari karyawan memang mempunyai korelasi yang positif dengan peran kepemimpinan yang dijalankan dalam organisasi yang bersangkutan, namun pengaruhnya kecil sekali. Semangat kerja yang dipengaruhi oleh motivasi, komunikasi, lingkungan kerja, termasuk kepemimpinan mempunyai dimensi yang lebih luas karena menyangkut penilaian intern dalam individu karyawan itu sendiri. Namun, dalam penelitian tersebut, kepemimpinan yang dapat mempengaruhi semangat kerja tidak merujuk pada teori kepemimpinan tertentu.
Dalam penelitian ini peran-peran dalam sebuah kepemimpinan akan diuji pengaruhnya terhadap semangat kerja karyawan yang dalam hal ini dimiliki oleh karyawan setingkat manajerial. Dengan demikian, dapat dilihat apakah ada pengaruh yang signifikan antara peran seorang pemimpin dengan tingat absensi, kepuasan, kerja sama, dan disiplin karyawannya.
Faktor-faktor lain di luar kepemimpinan yang dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan, antara lain motivasi diri, partisipasi, dan komunikasi, tidak menjadi bahasan dalam penelitian ini karena penulis menilai bahwa faktor-faktor tersebut biasanya telah melekat dalam diri seseorang. Faktor-faktor tersebut hanya membutuhkan sedikit stimulan agar dapat berpengaruh pada perilaku seseorang. Faktor kepemimpinan, menurut penulis, akan lebih menunjukkan dimensi sosial dalam sebuah organisasi. Banyak individu akan saling berinteraksi di dalamnya sehingga lebih menarik untuk diteliti.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar